Selasa, 06 Oktober 2009

esai cinta produk dalam negeri


                                  CINTAILAH INDONESIA        
Sesuai judul di atas tema yang akan saya angkat dalam penulisan kali ini adalah tenteng penting nya mencintai produk dalam negeri. Seperti yang kita tahu dewasa ini banyak terjadi fenomena- fenomena meledak nya produk luar dalam pasaran negeri kita yaitu negeri indonesia. Bebagai macam produk dari segi kesehatan, kecantikan, makanan, hingga alat- alat elektronik membanjiri pasaran kita saat ini. Tetapi apakah kita pernah berpikir apa dampak dari membooming nya barang- barang luar tersebut buat para pedagang kita. Padahal kualitas barang- barang yang di hasilkan oleh tangan- tangan bangsa kita sendiri pun tidak berbeda jauh dari barang- barang impor tersebut dan bahkan beberapa di antara nya memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari barang- barang impor tersebut. Tetapi yang di sayangkan dari penduduk kita adalah mudah nya mereka termakan berbagai iklan- iklan yang di tayangkan di televisi. Iklan- iklan tersebut di sajikan sedemikian rupa dan di bumbui berbagai macam teknologi sehingga kelihatan lebih menggiurkan dari fungsi,cara kerja, atau bahkan bentuk nya. Sehingga para pelenggan pun bagaikan di sihir untuk membeli barang tersebut. Seperti contoh yang paling mudah dan ringan adalah banyak nya para konsumen- konsumen yang lebih memilih sepatu,sandal atau tas- tas yang bermerek luar hanya karena gengsi apabila memebeli produk yang di hasilkan dari cibaduyut. Padahal kualitas produksi cibaduyut tidak kalah dan bahan baku yang di gunakan mungkin lebih asli dari bahan baku yang di gunakan oleh produk- produk luar negeri. Akhir nya merek itu pun laku keras dan memperkaya perusahan yang memproduksi sepatu atau sandal tersebut. Dan tidak ada keuntungan bagi rakyat dan pedagang kita. Oleh karena itu, marilah kita mulai menanamkan rasa cinta produk dalam negeri karena hal itu juga yang dapat membantu membangun perekonomian kita.




Septian Aditama
Fistek

Cinta Produk Dalam Negeri
Tak dapat dipungkiri lagi, begitu banyak produk asing yang betebaran di negeri kita ini. Setiap benda atau peralatan yang kita gunakan atau kita temukan itu adalah produksi luar negeri.Berbagai macam, mulai dari pakaian,makanan,minuman, mulai dari hal yang besar sampai hal yang terkecil sekali pun. Seakan “kecanduan” dengan produk asing, masyarakat kita, bahkan pelajar kita acap kali mengkonsumsi barang buatan luar negeri jika dibandingkan dengan barang buatan dalam negeri. Berbagai alasan mereka sodorkan perihal mengenai seringnya mereka menggunakan produk luar negeri ini.
Salah satu alasan terkuat mengapa setiap individu memilih produk dalam negeri adalah produk luar negeri memiliki harga dan kualitasnya sebanding. Sedangkan produk Indonesia itu harga dan kualitasnya tidak sebanding. Barang yang dihasilkan terkesan asal-asalan dan hanya mengejar untung besar.
Oleh karena itu, para produsen dalam negeri juga harus memperbaiki kualitas mereka sehingga mampu bersaing dengan produsen-produsen dari luar negeri dalam hal kualitas, maupun nilai jaul.
Mengkonsumsi produk dalam negeri sendiri memiliki banyak sekali manfaat, selain untuk membantu perkembangan produsen dari dalam negeri, kita juga akan menciptakan lapangan kerja secara tidak langsung dan mampu menekan tingkat pengangguran di negeri ini. Selain itu, kita juga ikut berperan serta dalam upaya menumbuhkan perekonomian dalam negeri, dimana bukan rahasia lagi jika perekonomian bangsa ini sedang sangat labil dan masih dalam 'jajahan' bangsa asing. Selain itu kita juga ikut menggerakkan sektor perdagangan dalam negeri.


Adiya fedziyasti bandi fistek 2009

MENCINTAI PRODUK DALAM NEGERI

Seluruh umat manusia sedang berada dalam era globalisasi saat ini. Setiap individu di berbagai belahan dunia dengan mudah dapat berkomunikasi satu sama lain antarkota, pulau, negara, bahkan benua. Tak terkecuali negara kita, Indonesia, meskipun ada pula beberapa daerah yang masih terbelakang. Namun tidak setiap dampak globalisasi bernilai positif. Adapun dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, dan yang paling utama bagi bangsa Indonesia adalah semakin ditinggalkannya produk-produk dalam negeri oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang termasuk dalam dalam tingkat ekonomi  menengah ke atas lebih memilih produk-produk dari negara asing yang berkualitas. Bahkan mungkin bila seseorang yang kaya raya disuruh memilih sebuah tas, antara tas bermerek asing dengan tas khas kerajinan tangan Bali, orang tersebut akan memilih tas bermerek asing, walaupun harganya bisa ratusan atau bahkan ribuan kali lipat dari tas kerajinan khas Bali. Alasannya bemacam-macam, tas branded lebih high-tech, lebih modern, keren, lebih gaya, sampai-sampai ada juga masyarakat yang ternyata hanya membeli barang tiruannya dengan harga yang jauh lebih murah, saking besarnya rasa cinta terhadap produk negara asing!
Sangat memprihatinkan. Yang terjadi adalah justru pandangan rendah orang-orang mengenai budaya Indonesia, yang dianggap kuno, todak modern. Batik sempat menjadi trend, itupun karena ada negara lain yang mengkalim batik. Sebelum diklaim, tetap saja merek-merek asing yang berkuasa. Indonesia seperti tidak punya tindakan yang sifatnya preventif. Ini sangat tidak baik bagi kelangsungan hidup rakyat kita. Sudah terlalu banyak hal-hal yang sebenarnya telah kita miliki, namun diklaim oleh negara lain.
Selain itu, masyarakat Indonesia pun tidak percaya produk-produk inovasi buatan anak bangsa. Ada seorang arsitek yang berasal dari Indonesia yang mengklaim produknya ke Amerika dan Eropa, dan akhirnya produk tersebut beredar di Indonesia dengan merek asing, dan harganya menjadi mahal karena merek. Alasana arsitek itu melakukan hal tersebut, jelas, jika tidak demikian maka produknya akan sangat sulit laku di Indonesia (karena merek yang tidak terkenal) dan keuntungan yang dihasilkan akan lebih sedikit karena pasti dijual murah. Toh, jika mahal dengan mereknya ‘jelas’ hanya akan membuat prodak semakin tidak laku.
Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mencintai budaya, mencintai produk dalam negeri. Seharusnya pengalaman yang sudah terjadi, saat beberapa hal yang kita miliki diklaim negara lain, dijadikan pelajaran bahwa tindakan-tindakan preventif dari masyarakt Indonesia sendiri sangat diperlukan, terutama masalah klaim. Kita yang memiliki, seharusnya kita yang mengklaim. Jangan sampai akhirnya seluruh kebudayaan Indonesia habis ‘diambil’ negara asing.




Ade setio nugroho fistek 2009
CINTA PRODUK INDONESIA
Bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri. Kesempatan untuk merasakan beragam produk hasil karya dalam negeri adalah sesuatu yang menyenangkan. Betapapun jauhnya fisik dari negeri tempat kelahiran, namun hati dan perasaan selalu terpaut dengannya. Itulah yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri.
Saya contohnya, sering sekali merasa kangen menikmati sajian khas berselera dari indomie telur ditambah dengan saus indofood. Sungguh, senikmat apapun makanan khas Mesir, masih kalah dibanding dengan semangkuk indomie telur dengan saus indofood. Rasa cinta dan bangga terhadap produk dalam negeri memang baru benar-benar terasa ketika kita berada di negeri orang. Membeli dan menikmati produk made in Indonesia menjadi kebanggan tersendiri. Setidaknya produk Indonesia mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. Tidak jarang saya sengaja mencari dan membeli pakaian buatan Indonesia karena bangga menggunakan produk dalam negeri yang terus melekat dalam benak hati. Terlebih lagi apabila produk kita dipuji oleh teman dari negeri lain. Rasanya kita benar-benar mendapatkan tempat dihati mereka.
Lantas, kecintaan dan kebanggan terhadap bangsa Indonesia kembali lahir ketika saya merasa ikut andil dalam memakmurkan Indonesia. Kecil memang perananannya, namun bukan besar kecil yang diharapkan oleh Indonesia, melainkan loyalitas dan gairah kebangsaan yang selalu melekat dimanapun kita berada. Indonesia menunggu dan menantikan gairah kebangsaan dari seluruh masyarakatnya. Jika bukan masyarakatnya sendiri, lantas siapa lagi yang mampu memajukan Indonesia?
Maka cinta dan bangga menggunakan produk tanah air adalah jawabannya. Masih segar di telinga kita tentang aksi boikot produk Yahudi, atau pemboikotan produk-produk Denmark pasca kejadian karikatur Nabi saw. Munculnya aksi ini didasarkan atas kecintaan terhadap Islam yang universal, maka bukan tidak mungkin apabila kita masyarakat Indonesia meniru aksi ini. Mencontoh semangat yang lahir dari kegiatan diatas, kecintaan terhadap negeri sendiri dengan mencintai dan menggunakan produk tanah air.
Membeli dan menggunakan produk tanah air berarti ikut dalam memajukan produk dalam negeri. Juga artinya ikut memajukan perekonomian bangsa secara mikro. Perekonomian Indonesia khas dengan koperasi yang berdiri pada sistem gotong royong. Gotong royong membuat yang tak mungkin diwujudkan menjadi dapat diwujudkan. Gotong royong membuat semua pihak diuntungkan. Kunci dari gotong royong tersebut adalah kepercayaan serta kebersamaan antarsesama. Maka ikut memakai produk tanah air adalah salah satu bentuk gotong royong yang selalu menjadi karakter khas Indonesia dari dulu, sekarang dan esok hari.
Apabila produk Indonesia dapat diterima oleh masyarakat. Maka perkembangan terhadap produk tanah air ada di depan mata. Selanjutnya, akan sangat mempengaruhi beragam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi Usaha Kecil Menengah (UKM), diterimanya hasil produksi mereka, akan sangat mempengaruhi bagi perkembangan usaha mereka. Apabila hasil produksi mereka habis di pasaran, maka modal beserta keuntungan akan diraih. Selanjutnya proses produksi dapat dilanjutkan. Dan bukan tidak mungkin mereka akan mengembangkan usaha mereka. Dengan demikian akan lahir lapangan pekerjaan baru yang berarti angka pengangguran berkurang, lantas mempengaruhi tingkat kriminalitas yang menurun, hingga lahirlah angka kemakmuran yang meningkat di tengah-tengah masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai lebih dari 250juta jiwa menjadi modal bagi perkembangan produk tanah air. Mari kita lihat Cina dan India dengan jumlah penduduk terbesar pertama dan kedua di dunia. Dengan jumlah populasi yang sangat besar mereka lantas tidak menemui kesulitan berarti dalam memasarkan produksi dalam negeri mereka.
Maka dari itu apabila masyarakat kita sudah bangga dengan produk sendiri, bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan akan banyak bermunculan produk-produk baru karya anak negeri yang mampu bersaing di kancah internasional. Modal dasarnya adalah percaya diri yang disokong oleh masyarakat Indonesia. Bahwa kita bangga dengan produk dalam negeri. Contoh dari negeri lain adalah Malaysia yang sangat bangga dengan petronas mereka. Atau lagi-lagi negeri Cina yang selalu mampu memberikan saingan terhadap produk luar negeri manapun.
Negara-negara Eropa bangga dengan hasil produksi yang dilahirkan oleh anak bangsanya. Amerika-pun berkoar-koar menyatakan sebagai Negara terbesar di dunia. Juga Jepang yang selalu berbesar hati dengan kemajuan teknologinya. Mereka memang sangat bergairah dengan memamerkan hasil karya negerinya. Toh mereka akhirnya juga mampu memajukan Negara mereka, dengan terus bangga terhadap karya sendiri. Maka sepatutnya kita rakyat Indonesia mengaplikasikan kecintaan negeri dengan memajukan produk kita sendiri. Gairah kebangsaan dapat lahir dan muncul diawali dengan berani tampil menggunakan produk dalam negeri.
Pahlawan bangsa kita seakan memberikan pesan sepeninggal mereka. Bahwa pertahankan harga diri Indonesia dari injakan penjajah dan kepicikan Negara lain. Tidak sulit bagi kita melakukannya. Cinta terhadap produk tanah air adalah salah satu bentuk nyata dari kebanggaan terhadap Indonesia.





MENCINTAI PRODUK DALAM NEGERI

Seluruh umat manusia sedang berada dalam era globalisasi saat ini. Setiap individu di berbagai belahan dunia dengan mudah dapat berkomunikasi satu sama lain antarkota, pulau, negara, bahkan benua. Tak terkecuali negara kita, Indonesia, meskipun ada pula beberapa daerah yang masih terbelakang. Namun tidak setiap dampak globalisasi bernilai positif. Adapun dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, dan yang paling utama bagi bangsa Indonesia adalah semakin ditinggalkannya produk-produk dalam negeri oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang termasuk dalam dalam tingkat ekonomi menengah ke atas lebih memilih produk-produk dari negara asing yang berkualitas. Bahkan mungkin bila seseorang yang kaya raya disuruh memilih sebuah tas, antara tas bermerek asing dengan tas khas kerajinan tangan Bali, orang tersebut akan memilih tas bermerek asing, walaupun harganya bisa ratusan atau bahkan ribuan kali lipat dari tas kerajinan khas Bali. Alasannya bemacam-macam, tas branded lebih high-tech, lebih modern, keren, lebih gaya, sampai-sampai ada juga masyarakat yang ternyata hanya membeli barang tiruannya dengan harga yang jauh lebih murah, saking besarnya rasa cinta terhadap produk negara asing!
Sangat memprihatinkan. Yang terjadi adalah justru pandangan rendah orang-orang mengenai budaya Indonesia, yang dianggap kuno, todak modern. Batik sempat menjadi trend, itupun karena ada negara lain yang mengkalim batik. Sebelum diklaim, tetap saja merek-merek asing yang berkuasa. Indonesia seperti tidak punya tindakan yang sifatnya preventif. Ini sangat tidak baik bagi kelangsungan hidup rakyat kita. Sudah terlalu banyak hal-hal yang sebenarnya telah kita miliki, namun diklaim oleh negara lain.
Selain itu, masyarakat Indonesia pun tidak percaya produk-produk inovasi buatan anak bangsa. Ada seorang arsitek yang berasal dari Indonesia yang mengklaim produknya ke Amerika dan Eropa, dan akhirnya produk tersebut beredar di Indonesia dengan merek asing, dan harganya menjadi mahal karena merek. Alasana arsitek itu melakukan hal tersebut, jelas, jika tidak demikian maka produknya akan sangat sulit laku di Indonesia (karena merek yang tidak terkenal) dan keuntungan yang dihasilkan akan lebih sedikit karena pasti dijual murah. Toh, jika mahal dengan mereknya ‘jelas’ hanya akan membuat prodak semakin tidak laku.
Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mencintai budaya, mencintai produk dalam negeri. Seharusnya pengalaman yang sudah terjadi, saat beberapa hal yang kita miliki diklaim negara lain, dijadikan pelajaran bahwa tindakan-tindakan preventif dari masyarakt Indonesia sendiri sangat diperlukan, terutama masalah klaim. Kita yang memiliki, seharusnya kita yang mengklaim. Jangan sampai akhirnya seluruh kebudayaan Indonesia habis ‘diambil’ negara asing.

- Nina Fauziah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar